Halaman

Selasa, 18 Agustus 2009

JINAYAT
Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (mashdar) dari kata jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah perbuatan yang dilarang oleh syara' baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya.

1. Hukuman Hudud
Adalah hukuman yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith. Hukuman hudud ini adalah hak Allah yang dutujukan untuk siapapun yang melakukan jinayat.Mereka yang melanggar ketetapan hukum Allah termasuk dalam golongan orang yang zalim. Firman Allah SWT. yang bermaksud:
“Dan siapa yang melanggar aturan-aturan hukum Allah maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surah Al-Baqarah, 2:229).
Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman Hudud ialah:
a) Berzina, yaitu melakukan persetubuhan tanpa nikah `.(QS. An Nur : 2)
b) Menuduh orang berzina (qadaf), yaitu membuat tuduhan zina ke atas orang yang baik lagi suci dan tuduhannya tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi.
c) Minum arak atau minuman yang memabukkan meskipun sedikit atau banyak, mabuk ataupun tidak.
d) Mencuri, yaitu memindahkan secara sembunyi harta alih dari pemiliknya tanpa persetujuan tuannya dengan niat untuk menghilangkan harta itu dari pemiliknya (QS. Al Maidah : 38)
e) Murtad, yaitu orang yang keluar dari agama Islam, dengan perbuatan atau dengan perkataan, atau dengan i`tiqad kepercayaan.
f) Merompak (hirabah), yaitu sekumpulan orang yang bertujuan untuk mengambil harta atau membunuh atau menakutkan dengan cara kekerasan.
g) Penderhaka (bughat), yaitu segolongan umat Islam yang melawan atau menderhaka kepada pemerintah yang menjalankan syari`at Islam dan hukum-hukum Islam.
h) Pembunuhan (QS. An Nisa’ : 92)

2. Hukuman Qishash
Adalah sama seperti hukuman hudud juga, yaitu hukuman yang telah ditentukan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Hukuman Qishash adalah hukuman pembalasan yang serupa dengan perbuatan pembunuhan, melukai, merusakkan anggota badan serta menghilangkan manfaatnya, sesuai pelanggarannya.Membunuh dibalas dengan bunuh (nyawa dibalas dengan nyawa), melukai dibalas dengan melukai, mencederakan dibalas dengan mencederakan.
Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman Qishash ialah:
a) Membunuh orang lain dengan sengaja.
b) Menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan orang lain dengan sengaja.
c) Melukai orang lain dengan sengaja. Hukuman membunuh orang lain dengan sengaja wajib dikenakan hukuman Qishash atas si pembunuh dengan dibalas bunuh. Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu menjalankan hukuman Qishash (balasan yang seimbang) dalam perkara orang-orang yang mati dibunuh.” (Surah Al-Baqarah, 2:178)
Hukuman menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan orang lain atau melukakannya wajib dibalas dengan hukuman Qishash tergantung luka seseorang itu juga tergantung jenis anggota yang dicederakan dan dilukai tadi.

3. Hukuman Diat
Ialah denda yang harus dibayar dan diberikan oleh pejinayah kepada wali atau waris korbannya sebagai ganti rugi disebabkan jinayah yang dilakukan oleh pejinayah terhadap korbannya. Hukuman diat adalah hukuman kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan kesalahan Qishash dan ia memberikan ganti rugi atas kesalahan yang melibatkan kecederaan anggota badan atau melukai seseorang.

Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman diat ialah:
a) Pembunuhan yang sengaja.
b) Pembunuhan yang tersalah (tidak sengaja).
c) Pembunuhan yang sengaja yang dimaafkan oleh wali atau waris orang yang dibunuh. Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Maka sesiapa (pembunuh) yang dapat sebahagian keampunan dari saudaranya (pihak yang terbunuh) maka hendaklah (orang yang mengampunkan itu) mengikut cara yang baik (dalam menuntut ganti nyawa), dan si pembunuh pula hendaklah menunaikan (bayaran ganti nyawa itu) dengan sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu serta satu rahmat kemudahan. Sesudah itu sesiapa yang melampaui batas (untuk membalas dendam pula) maka baginya azab siksa yang tidak terperi sakitnya.” (Surah Al-Baqarah, 2:178)

4. Hukuman Ta`zir
Adalah kesalahan-kesalahan yang hukumannya merupakan dera, iaitu penjinayah-penjinayah tidak dijatuhkan hukuman hudud atau qishash kerana kesalahan yang dilakukan itu tidak termasuk di bawah kes yang membolehkannya dijatuhkan hukuman hudud atau qishash.
. Hukuman ta`zir adalah hukuman yang tidak ditentukan kadar atau bentuk hukuman itu di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Jenis, kadar dan bentuk hukuman ta`zir itu adalah terserah kepada kearifan hakim untuk menentukan dan memilih hukuman yang patut dikenakan ke atas penjinayah-penjinayah itu kerana hukuman ta`zir itu adalah bertujuan untuk menghalang penjinayah-penjinayah mengulangi kembali kejahatan yang mereka lakukan tadi dan bukan untuk menyiksa mereka.

Tujuan mempelajari huku2 jinayat :
1.Menjaga agama, yaitu menjaga aqidah orang-orang Islam supaya tidak membelok dari aqidah yang sebenarnya dan tidak menjadi murtad. Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:
“Sesiapa yang menukar agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.” (Riwayat Bukhari)

2. Menjaga nyawa, yaitu menjaga jiwa seseorang dari pembunuhan termasuk menjaga anggota tubuh badan seseorang dari dicederakan atau dirusakkan. Sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud:
“Dan di dalam hukum qisas itu ada jaminan hidup bagi kamu, wahai orang-orang yang berakal fikiran supaya kamu bertaqwa.” (Surah Al-Baqarah, 2:179)

3. Menjaga akal fikiran, yaitu memelihara akal fikiran manusia dari kerusakan disebabkan minum arak atau minuman-minuman yang memabukkan. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Saiyidina Ali di dalam sebuah hadist yang bermaksud:
“Rasulullah s.a.w. telah menyebat orang yang minum arak sebanyak empat puluh kali sebat, dan Saiyidina Abu Bakar telah menyebat empat puluh kali sebat juga, dan Saiyidina Umar menyebat sebanyak lapan puluh kali .

4. Menjaga keturunan, yaitu memelihara manusia dari melakukan perzinaan agar nasab keturunan, perwalian dan pewarisan anak-anak yang lahir hasil dari persetubuhan haram itu tidak rusak. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. dalam hadithnya yang diriwayatkan daripada `Ubadah bin As-Somit r.a. yang bermaksud:
“Ambillah peraturan daripada aku, ambillah peraturan daripada aku. Sesungguhnya Allah telah memberi jalan untuk mereka. Perawan dengan jejaka yang berzina hukumannya disebat sebanyak seratus kali sebat, dan dibuang negeri selama setahun. Dan janda dengan janda yang berzina hukumannya disebat sebanyak seratus kali sebat dan direjam.” (Riwayat Muslim dan Abu Daud)

5. Menjaga harta benda, yaitu memelihara harta benda manusia dari dicuri dan dirompak. Sebagaimana firman Allah SWT, yang bermaksud:
“Dan orang lelaki yang mencuri dan perempuan yang mencuri maka (hukumannya) potonglah tangan mereka sebagai satu balasan dengan sebab apa yang mereka telah usahakan, (juga sebagai) suatu hukuman pencegah dari Allah. Dan (ingatlah) Allah maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surah Al-Ma’idah: 38)
Firman Allah SWT lagi yang bermaksud:
“Sesungguhnya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya serta melakukan bencana kerosakan di muka bumi (melakukan keganasan merampas dan membunuh orang di jalan ) ialah dengan balasan bunuh (kalau mereka membunuh sahaja dengan tidak merampas), atau dipalang (kalau mereka membunuh dan merampas), atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan berselang (kalau mereka merampas sahaja, atau dibuang negeri (kalau mereka hanya mengganggu ketenteraman awam). Hukuman yang demikian itu adalah suatu kehinaan di dunia bagi mereka, dan di akhirat kelak mereka beroleh azab siksa yang amat besar.” (Surah Al-Ma’idah: 33)

Jumat, 07 Agustus 2009

USHUL FIQIH


USHUL FIQIH
Ushul Fiqih adalah ilmu hokum dalam islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terinci dalam rangka menghasilkan hukum islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut.
USHUL FIQIH :
  1. Ilmu tentang kaidah & pembahasan yang dijadikan acuan dalam penetapan ahkam syar’iyyah mengenai perbuatan manusia berdasarkan dalil-dalil yang terinci.
  2. Kumpulan kaidah2 & pembahasan2 yang dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan ahkam syar’iyyah tentang perbuatan manusia berdasarkan dalil2 yang terinci.
Obyek Ushul Fiqih adalah dalil2 syar’I secara umum dilihat dari sisi ketetapan hukumnya secara umum, seperti : Qiyas & apa argumentasinya, mana dalil2 yang bersifat / menunjukkan hukum2 ‘aam (umum) & mana yang khash (khusus), mana dalil2 yang bersifat muthlaq (menyeluruh) & mana yang muqayyad (terbatas), mana dalil2 yang menunjukkan shighat-amr (perintah) & shighat2 yang menunjukkan nahyu (larangan), dst.
Sehingga tersusunlah kaidah2-ushuliyyah (kaidah2 dalam ilmu ushul fiqih) seperti :
  1. AL-AMR LIL IJAB : Bahwa perintah itu menunjukkan wajib, seperti contoh kasus fiqhnya pada QS 5/1 (memenuhi janji adalah wajib).
  2. AN-NAHYU LIT TAHRIM : Bahwa larangan itu menunjukkan haram, seperti contoh kasus fiqhnya pada QS 49/11 (tentang mengolok-olok suatu kaum adalah haram).
  3. AL-AM YANTAZHIMU JAMI’A AFRADIHI QATH’AN (Bentuk umum mengumpulkan seluruh dalilnya menjadi umum secara qath’i), seperti contoh kasus fiqhnya pada QS 4/23 (haramnya menikahi semua ibu secara umum).
  4. AL-MUTHLAQU YADULLU ‘ALAL FARDISY SYA’I BIGHAIRI QAYYID (Bentuk muthlaq menunjukkan pengertian umum yang tak terbatas), seperti contoh kasus fiqhnya pada QS 58/3 (kafarat zhihar adalah dengan memerdekakan budak secara muthlaq, baik budak tersebut muslim atau kafir).
FIQIH
  1. Ilmu tentang ahlam syar’iyyah islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil2 secara tafshili (detail).
  2. Kodifikasi ahkam syar’iyyah islam tentang perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil2 secara detail.
Obyek Fiqih adalah perbuatan mukallaf (muslim/ah yang sudah baligh) dilihat dari sisi ketetapan ahkam syar’iyyah, seperti : bagaimana hukum2 untuk seorang muslim/ah melakukan ijarah, wakalah, hudud, wakaf, dsb.
Perbedaan antara Ushul Fiqih dan Fiqih :
  1. Fiqih membicarakan perbuatan manusia dari dalil2 yang detil (terperinci) artinya langsung pada perbuatannya & langsung dalil2nya untuk setiap perbuatan tersebut.
  2. Fiqih merupakan kumpulan ilmu & hukum2 tentang setiap perbuatan manusia yang langsung berkaitan dengan aspek2 khusus, sementara ushul fiqih membicarakan ilmu & hukum2 tentang acuan untuk pengambilan (istinbath) hukum2 fiqih secara umum. Jadi, jika di dalam fiqih dibicarakan bagaimana hukum hudud (pidana islam), ijarah (sewa-menyewa), wakaf, dsb ; maka dalam ushul fiqih dijelaskan tentang bagaimana hukum tersebut bisa termasuk amar (perintah), nahyu (larangan), ‘aam (umum), muthlaq (menyeluruh), dsb.
TUJUAN MEMPELAJARI FIQH DAN USHUL FIQIH :
  1. FIQIH : Menerapkan hokum syari’at Islam atas semua tindakan & ucapan manusia, sehingga ia merupakan rujukan seorang qadhi untuk menghukum & mufti untuk berfatwa & mukallaf untuk melaksanakan huku syari’at.
  1. USHUL FIQIH : Menerapkan kaidah2 untuk menghasilkan hokum syari’at yang diambil dari dalil2 tersebut, sehingga bias diistinbathkan qiyas, istihsan atau istishhab untuk hal yang tidak ada nash-nya, atau mengkomparasikan antara berbagai madzhab tentang suatu masalah.